Kemana Kaki Membawa Hati

nazta-saari-22-oktober-2015-foot

Saya suka mengambil foto kaki saya. Bukan, bukan karena kaki saya indah. Saya tahu, di luar sana banyak sekali orang yang memiliki kaki yang indahnya jauh melebihi indahnya kaki saya. Tapi karena kaki inilah yang membawa tubuh saya ke tempat-tempat indah dan penuh makna dalam hidup saya.

Saya ingat pertama kali saya melakukan daftar ulang di kampus. Itu mungkin adalah kali pertama kaki ini tidak berjalan mengikuti kaki papa yang kokoh atau kaki mama yang berjalan dengan cepat. Saat itu kaki saya yang pegal menjadi saksi bahwa saya pun bisa melakukan proses administrasi itu sendiri. Saya juga masih ingat rasa dingin yang menyengat, namun membahagiakan ketika kaki ini berdiri di antara aliran air yang datang langsung dari sumur. Bebatuan penuh lumut yang licin ditambah angin yang menghempas sepasang kaki mungil itu membawa kesejukan dalam hati saya. Saya pun masih ingat betul, bagaimana berkedutannya kaki mungil ini ketika berlarian penuh ketakutan diiringi dentum jantung yang menguat ketika seekor anjing kecil kelaparan mengejar-ngejar saya sewaktu pulang mengaji.

Ketika kecil dulu, guru ngaji saya sering sekali bilang bahwa nantinya tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya akan berbicara sejujur-jujurnya tentang apa yang dilakukan mereka sewaktu berada di dunia. Nanti tangan akan ditanya, apakah jarinya dipakai untuk menunjuk seorang penuh cemooh, atau menunjuk ayat-ayat Al-Quran yang dilantunkan oleh bibir? Lalu kaki akan ditanya, kemana ia melangkah membawa Sang Tubuh semasa hidup? Apakah ke tempat-tempat penuh maksiat ataukah menuju tempat-tempat mulia layaknya masjid?

Kaki saya telah melalui banyak sekali tempat. Membawa saya pada tempat, kejadian, dan cerita yang penuh makna. Tidak selalu tempat yang mulia memang, ada pula tempat-tempat yang sebenarnya tidak bisa dikatakan penuh maksiat tapi tempat itu berhasil membuat saya menduakan Allah SWT. Tapi pastinya, saya tidak bisa menilai, kesaksian apa nantinya yang akan kaki saya bawa ketika diri ini diadili nanti.

Mungkin ini konyol, tapi saya sering sekali berkata-kata dalam hati. Sungguh istimewanya manusia diciptakan. Dengan tubuh begitu detail; jari-jari, lubang telinga, dua bola mata, cantik. Setiap bagian memiliki manfaat, setiap bagian begitu sempurna dan terbaik untuk diri masing-masing orang. Cantiknya parasmu, sempurnanya tubuhmu, halusnya kulitmu, semua diberikan bukan untuk disombongkan. Tapi semata-mata untuk mengingatkan hati dan diri ini atas kebesaran Allah, dan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan. Bukan begitu? Atau hanya saya saja yang berpikiran tentang itu?

Tentang kaki, Selasa lalu kaki ini membawa saya ke Kebun Raya Bogor untuk kesekian kalinya. Tapi ada yang istimewa dari perjalanan kali ini. Biasanya kaki ini agak manja dan memilih angkot, kali ini kaki ini mengelilingi separuh Kota Bogor, separuh Kebun Raya Bogor dengan berjalan kaki. Mulai dari Stasiun, Kebun Raya Bogor, Taman Kencana.. Perjalanan yang melelahkan namun mengesankan. Jalan kaki, saya akui, lebih seru dari naik angkot kalau tidak suka gonta-ganti angkot. Malah, perjalanan itu membawa saya menemui tempat-tempat baru yang belum pernah saya datangi sebelumnya.

3 thoughts on “Kemana Kaki Membawa Hati

Leave a reply to naztasaari Cancel reply